Jumat, 02 April 2010

Dari Pengajaran Terbitlah Publikasi Internasional

Telah dikenal bahwa Tridarma Perguruan Tinggi meliputi 3 komponen darma: pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat. Selama ini umum dipahami bahwa publikasi internasional bisa terbit dari darma penelitian saja. Selain itu, darma pendidikan di perguruan tinggi non kependidikan tidak mungkin menghasilkan publikasi internasional. Benarkah demikian? Kami tak yakin dengan itu dan ketakyakinan itu telah terbukti. Publikasi-publikasi internasional dapat terbit dari darma pendidikan di perguruan tinggi non kependidikan.

Bagaimana sebenarnya proses publikasi internasional itu? Rantai proses berawal dari masalah yang akan dipecahkan atau dicari solusinya. Mata rantai berikutnya adalah riset yang dilakukan untuk memperoleh solusi baru. Tidak terlalu sulit mencari kebaruan dari solusi. Terakhir, mata rantai manuskrip yang disiapkan untuk publikasi internasional sebagai bagian dari diseminasi riset. Kebaruan dari solusi terhadap masalah yang dipadu dengan tata tulis yang baik menjamin manuskrip tersebut diterima untuk diterbitkan di jurnal internasional.

Tiga contoh pengalaman kami dalam tahun-tahun terakhir diberikan berikut ini.  Mata kuliah Kapita Selekta Instrumentasi untuk mahasiswa sarjana Program Studi Fisika, FMIPA, ITB memiliki satu topik tentang kontrol. Untuk membantu pemahaman teori yang diberikan di kelas, hands-on experiment sangat diperlukan. Namun sayang, ada masalah: kit untuk pembelajaran kontrol tidak dimiliki. Solusinya adalah membeli kit tersebut dari Leybold Didactic  misalnya. Masalah lain timbul, yaitu mahal sehingga tidak mampu membeli. Solusi baru yang ingin dicari adalah membuat kit murah yang memudahkan pembelajaran kontrol. Survei literatur mulai dilakukan untuk itu sehingga solusi baru terdefinisi. Riset eksperimental kemudian dilakukan untuk merealisasikan sistem kontrol temperatur di bawah kurungan solusi baru tersebut. Selanjutnya, kalibrasi sistem tersebut dilakukan dan uji pengukuran juga dilaksanakan. Materi teori yang diberikan di kelas dan eksperimen disinkronisasikan. Dengan kebaruan tersebut, manuskrip kemudian dibuat dengan tata tulis yang baik dan di-submit ke sebuah jurnal internasional. Akhirnya, setelah proses reviewing baku dari jurnal tersebut, manuskrip tersebut diterima untuk publikasi. Inilah artikel atau makalah yang dimaksud: Khairurrijal, Mikrajuddin Abdullah, and Maman Budiman, “Home-Made PIC 16F877 Microcontroller-Based Temperature Control System for Learning Automatic Control”, Computer Applications in Engineering Education (2010, early view).

Di mata kuliah lain ditemukan masalah yang mirip. Adalah mata kuliah Sistem Instrumentasi untuk mahasiswa sarjana Program Studi Fisika, FMIPA, ITB yang memerlukan kit sistem pengukuran untuk membantu teori yang diajarkan di kelas. Lagi-lagi masalahnya: ketiadaan kit karena tidak mampu membeli dari misalnya PASCO. Solusi baru yang ingin dicari adalah kit murah yang memudahkan pembelajaran sistem pengukuran.  Mulailah dilakukan survei literatur untuk itu sehingga didapat solusi baru tersebut. Dalam batasan solusi baru tersebut, riset eksperimental kemudian dilakukan untuk merealisasikan sistem pengukuran tersebut. Selanjutnya, dilakukan kalibrasi sistem tersebut dan juga dilaksanakan uji pengukuran. Dengan tata tulis yang baik, manuskrip kemudian dibuat dan di-submit ke sebuah jurnal internasional. Setelah melalui proses reviewing baku dari jurnal tersebut, akhirnya manuskrip diterima untuk publikasi. Inilah artikel atau makalah yang dimaksud: Khairurrijal, Muhammad Miftahul Munir, Asep Suhendi, Hendrayana Thaha, and Maman Budiman, “An AT89S52 Microcontroller-Based Single Board Computer for Teaching an Instrumentation System Course”, Computer Applications in Engineering Education, Vol. 15 (2007), pp. 166-173.

Contoh terakhir adalah masalah pengajaran karakteristik dioda panjar mundur di mata kuliah Elektronika yang diberikan untuk mahasiswa sarjana Program Studi Fisika, FMIPA, ITB. Mahasiswa sulit mencerna besar arus bocor yang mengalir di dioda dalam keadaan panjar mundur, yang hanya dikatakan dalam kuliah mendekati nol. Di dalam praktikum yang menyertai mata kuliah tersebut, tidak ada amperemeter yang mampu menunjukkan besar arus yang akurat; apakah hanya 1 , 10, atau 100 nanoampere? Inilah masalah yang ada. Solusinya adalah mencari amperemeter yang sanggup mengukur arus yang sangat rendah misalnya dalam orde pikoampere. Pikoamperemeter yang dimaksud sebetulnya tersedia komersial dari Keithley misalnya namun harganya mahal sehingga tak mampu dibeli. Solusi baru yang ingin dicari adalah pikoamperemeter murah dan sederhana untuk mengukur arus bocor dioda. Survei literatur mula-mula dilakukan untuk itu untuk mendefinisikan solusi baru. Riset eksperimental kemudian dilakukan untuk merealisasikan sistem pikoamperemeter tersebut dalam batasan solusi baru tersebut. Selanjutnya, kalibrasi sistem tersebut dilakukan dan uji pengukuran juga dikerjakan. Karakteristik dioda panjar mundur yang dihasilkan sama dengan yang dihasilkan oleh sistem komersial. Selain itu, resistansi hingga 1 gigaohm juga dapat diperoleh dengan menggunakan pikoamperemeter tersebut. Dengan kebaruan tersebut, manuskrip kemudian dibuat dengan tata tulis yang baik dan di-submit ke sebuah jurnal internasional. Akhirnya, setelah melalui proses reviewing baku jurnal tersebut, manuskrip diterima untuk publikasi. Inilah artikel atau makalah yang dimaksud: Khairurrijal, Mikrajuddin Abdullah, Muhammad M. Munir, Arif Surachman, and Asep Suhendi, “Low Cost and User-friendly Electronic Components Characterization System for Undergraduate Students”, WSEAS Transactions on Advances in Engineering Education, Vol. 3, No. 11 (November 2006), pp. 971-976.

2 komentar:

  1. Excellent ... I am really surprised with your achievements congratulations

    BalasHapus
  2. Masya Allah sungguh mencerahkan Pak
    Bagaimana kalau segera dipatenkan Pak
    saya yakin solusi semacam ini
    banyak sekali dibutuhkan dinegara2 berkembang lainnya

    wslm

    Irfan
    SNU

    BalasHapus